Meriah,
begitulah suasana lebaran di kota saya tercinta Wonosobo. Pasalnya,
setiap kali lebaran selalu dimeriahkan dengan festival penerbangan balon
tradisonal. Festival ini selalu menjadi daya tarik tersendiri untuk
alternative wisata di kota saya. Kemeriahan terpusat di kecamatan
kertek, sekitar 5 km dari kota Wonosobo . Kecamatan ini memiliki 21 desa
setiap desan rata-rata desa memiliki 6 RW yang terbagi ke dalam
beberapa RT. Setiap RT terdapat organisasi pemuda yang membuat balon
ini, sehingga jika ditotal terdapat lebih dari 50 balon terbang saat
lebaran. Mereka sengaja membuat balon ini untuk memeriahkan hari
kemenangan umat islam ini. Setiap RT berlomba-lomba mendesain balon yang
bagus dan berwarna-warni. Balon diterbangkan pada hari H lebaran hingga
H+7. Suasana tambah meriah ketika suara mercon yang dipasang bersama balon meletus di udara saling bertautan.
Balon
tradisional khas wonosobo sangat unik dan berbeda. Terbuat dari kertas
yang di daerah kami menyebutnya kertas “dlancang” sejenis kertas yang
digunakan untuk membuat layang-layang atau kertas yang digunakan untuk
membungkus wajik. Pada umumnya balon berbentuk bulat (bolam lampu)
dengan tinggi balon sekitar 8-15 m dan diameter lingkaran terbesar
mencapai 6-8 meter, diameter lingkaran bagian bawah sekitar 1m. Balon
dibuat dengan model – model yang unik dan bervariasi sesuai kesepakatan
pembuatnya. Pada bagian atas dipasang beban berupa batu kerikil yang
dibungkus dalam kain seberat 1 kg sedangkan bagian bawah dipasang beban
seberat 4-6 kg yang berupa parasut dan mercon. Adanya beban pada bagian
atas dan bagian bawah ini sangat penting untuk menjatuhkan balon suapaya
tidak terbang terlalu jauh. Beban bagian bawah akan terlepas dengan
sendirinya saat mercon lepas dan meletus, juga tali yang digunakan untuk
menggantung parasut putus sehingga parasut lepas dari balon dan
mengembang. ketika beban bagian bawah hilang akibatnya balon menjadi
tidak seimbang, beban bagian atas membuat posisi balon terbalik, asap
keluar dan balonpun jatuh. Jatuhnya balon terihat seperti ular yang
jatuh meliuk-liuk dari langit. jatuhnya balon ini disengaja karena akan
kejar dan dicari lagi dan diperbaiki untuk diterbangkan esok hari.
Balon
diterbangkan dengan teknik yang sederhana. Diperlukan dua buah tiang
yang tingginya melebihi tinggi balon. Selanjutnya tiang ini digunakan
sebagai tempat sandaran tali tambang yang dihubungkan kebagian atas
balon. Dengan cara ini balon dapat berdiri menggatung pada tali tambang
tersebut. kemudian balon pun dapat di isi dengan asap dari pembakaran.
Pembakaran sendiri dipersiapkan sebuah tungku yang dibuat dari seng yang
dilipat melingkar, pada bagian bawah diberi lubang untuk mamasukkan
kayu dan untuk perapian. Sesaat sebelum terbang, pada bagian bawah
dipasang “asep” sebuah bola terbakar yang terbuat dari kain. “asep” ini berguna untuk suplai asap pada saat balon terbang. selain itu
juga dipasang parasut dan mercon. Tali penggantung parasut dan mercon
didesain dengan kombinasi obat nyamuk bakar yang diperhitungkan watunya
sehingga nanti pada saat ketinggian tertentu pembakaran obat nyamuk
bakar ini akan memutuskan tali penggantung parasut. akhirnya balon pun
sudah siap untuk diterbangkan dan orang-orang yang bertugas memegang
balon perlahan-lahan melepaskan balon dan balonpun terbang. setelah pada
ketinggian tertentu mercon meletus, Bum Bum Bum!, tali parasut putus
dan parasutpun mengembang. Balon terbalik karena terdapat beban dibagian
atas, asap keluar dan balonpun jatuh berliuk-liuk seperti ular.
Demikianlah cerita lebaran dikampung kota saya Wonosobo. Semoga bermanfaat!
1 comments:
weh2...
ada jg ya balon udara d wonosobo
kyane bagus itu
siph
kreatip
Posting Komentar
Mohon komentarnya dengan tutur bahasa yang baik, terima kasih