Selasa, 02 Maret 2010

Indonesia akan ada gempa dahsyat! (peringatan ahli gempa)


Epochtimes.co.id) Sekelompok ilmuwan pakar gempa bumi yang dipimpin oleh John McCloskey melayangkan surat ke majalah Nature Geoscience Inggris yang di dalamnya memperingatkan bahwa kemungkinan akan terjadi gempa bumi dahsyat di laut lepas Sumatra dan kota Padang, yang akan menimbulkan gelombang tsunami, dengan kekuatan destruktif yang jauh lebih besar daripada gelombang tsunami besar yang terjadi di Asia Selatan pada 2004 lalu.
Sementara para ilmuwan dari Universitas Texas juga memperingatkan patahan lempengan kerak bumi di sekitar Haiti juga sedang membesar, dan negara-negara yang berada di sepanjang garis patahan ini harus mempersiapkan diri dalam menghadapi gempa yang berkekuatan lebih besar lagi.
Menurut BBC, Profesor McCloskey yang berasal dari Universitas Astor Irlandia Utara telah memimpin sekelompok peneliti untuk melakukan riset dan analisa sejak terjadinya tsunami di Samudra Hindia pada 2004 silam. Tim ini pernah memperkirakan secara tepat gempa susulan yang terjadi di Sumatra pada 2005.
Setelah gempa dahsyat Haiti, ia menuding masyarakat internasional yang kurang tanggap akan tindakan pencegahan bencana gempa sebagai suatu "aib". Ia mengatakan, pemerintah seharusnya mengambil tindakan pencegahan sebelum gempa terjadi, dan tak hanya baru memberikan pertolongan setelah bencana terjadi.
Setiap negara pasti akan melakukan persiapan sebelum peperangan terjadi, namun sangat sedikit negara yang memikirkan kaum miskin di negaranya masing-masing saat bencana alam itu terjadi.


Gempa di Atas 8,5 SR di lepas pantai Indonesia
Para peneliti menunjukkan, penyebab ancaman gempa kali ini adalah karena tekanan pada ceruk laut Palung Sunda yang terus menerus meningkat tekanannya selama 200 tahun terakhir ini. Palung Sunda ini posisinya sejajar dengan garis pantai barat pulau Sumatra, yang merupakan salah satu barisan titik gempa terkenal di seluruh dunia.
Dalam surat tersebut ilmuwan tidak segan-segan menunjukkan bahwa lempengan Mentawai Patch kini "telah mendekati ambang batas", dan menyatakan bahwa gempa tidak dapat dihindari lagi. Dan wilayah ini dikenal dengan Kepulauan Mentawai di Indonesia.
Umumnya para ilmuwan gempa tidak dapat memastikan kapan gempa akan terjadi dan seberapa besar kekuatannya, namun kelompok ini mengumumkan, "Di wilayah Mentawai ini kemungkinan akan terjadi gempa dahsyat berkekuatan 8,5 skala Richter, dan akan menimbulkan tsunami besar", yang artinya tsunami besar yang melanda Asia Selatan pada 2004 silam akan terulang kembali, bahkan mungkin akan lebih parah.


Gempa tahun lalu belum surutkan tekanan Pada Maret 2005, McCloskey pernah memperingatkan bahwa di wilayah gempa Indonesia akan terjadi gempa berkekuatan 8,5 skala Richter, dan akan menimbulkan gelombang tsunami, dan perkiraannya itu pun menjadi kenyataan 2 minggu kemudian. Pada 28 Maret 2005, di Pulau Simeulue, Indonesia, terjadi gempa yang berkekuatan 8,6 skala Richter dengan menimbulkan gelombang tsunami setinggi 3 meter.
Di bagian bawah Pulau Siberut di dekat Sumatera pernah terjadi gempa berkekuatan 8,7 skala Richter pada 1797, yang menyebabkan lempeng patahan bergeser sejauh 10 meter dan menyebabkan gelombang tsunami yang sempat menenggelamkan Padang dan daerah sekitarnya.
Dan sejak saat itu tekanan pada lempeng samudra tersebut terus menerus terakumulasi, dan gempa dasyat yang terjadi tahun lalu belum mampu menyurutkan tenaga tekanan yang mendesak kepulauan Mentawai tersebut.
Gempa mungkin berdampak pada lempeng kulit bumi
Menurut penuturan Paul Mann, ilmuwan geofisika dari Universitas Texas Austin, pada 15 Januari lalu mengungkapkan kepada Kantor Berita AFP, peringatan tersebut ditujukan kepada negara Haiti yang baru saja dilanda bencana gempa beserta negara-negara di sekitarnya, agar mempersiapkan diri dalam menghadapi gempa yang lebih besar yang akan segera terjadi.
Ia menunjukkan, meskipun tekanan lempeng di Port-au-Prince telah agak menurun, namun lempengan yang bersebelahan dengannya justru sedang meningkat terus tekanannya. (Han Jie/The Epoch Times/whs)
sumber : Epochtimes.co.id

Apakah Manusia Masih Berevolusi?


KOMPAS.com — Manusia modern (Homo sapiens) masih terus berevolusi. Meski banyak yang meyakini bahwa seleksi alam telah berhenti karena kini hampir setiap orang hidup cukup lama untuk memiliki anak, penelitian baru dari Massachussets mengenai populasi membuktikan bahwa evolusi masih berlangsung.

Sebuah tim peneliti yang dipimpin ahli Biologi Evolusi Universitas Yale, Stephen Stearns, mendapati bahwa seleksi alam tak lagi didorong kemampuan survival, tetapi tergantung pada perbedaan kesuburan perempuan. “Variasi dari kesuksesan reproduksi masih ada di antara kita sehingga beberapa sifat yang berhubungan dengan kesuburan terus dibentuk oleh seleksi alam,” kata Stearns. Artinya, wanita dengan lebih banyak anak akan lebih mudah menurunkan sifat-sifat tertentu pada keturunannya.

Tim Stearns memeriksa statistik 2.238 wanita pasca-menopause yang berpartisipasi pada Penelitian Jantung Framingheart, yang mencatat sejarah medis 14.000 penduduk di Framingham sejak 1948. Para peneliti mencari hubungan antara karakteristik fisik wanita—termasuk tinggi, berat, tekanan darah, serta kadar kolesterol—dan jumlah keturunan mereka.

Mereka menemukan, wanita yang gemuk (bukan kegemukan) cenderung memiliki banyak anak. “Wanita dengan kadar lemak yang sedikit, tak berovulasi,” ujar Stearns. Hal sama juga terjadi pada wanita dengan tekanan darah dan kadar kolesterol yang rendah.

Menggunakan analisis statistik canggih yang memasukkan faktor-faktor sosial dan budaya yang bisa memengaruhi angka kelahiran, para peneliti menemukan bahwa ciri-ciri tersebut diturunkan dari ibu ke anak perempuan dan cucu perempuannya.

Bila tren tersebut terus berlanjut tanpa perubahan hingga 10 generasi mendatang, rata-rata wanita Framingham pada tahun 2409 akan lebih pendek 2 cm, 1 kg lebih berat, mempunyai jantung yang lebih sehat, memiliki anak pertama 5 bulan lebih cepat, dan memasuki menopause 10 bulan lebih lambat dari wanita sekarang.

“Evolusi ini berjalan lambat, tapi mirip dengan apa yang kita lihat pada tumbuhan dan hewan. Sepertinya tak ada pengecualian terhadap manusia,” ujar Stearns mengenai penelitian yang dipublikasikan pada 21 Oktober dalam Procceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).

Douglas Ewbank, seorang demografer di Universitas Pennsylvania yang juga berperan dalam analisis statistik, mengatakan bahwa faktor budaya yang cenderung berdampak lebih menonjol dari seleksi alam pada pembentukan generasi mendatang menyebabkan orang-orang cenderung menyepelekan efek evolusi.

“Perubahan yang kita ramalkan tahun 2409 dapat saja terhapus oleh hal sederhana, seperti, katakanlah, program makan siang di sekolah. Namun, apa pun yang terjadi, tahun 2409, wanita Framingham cenderung akan lebih pendek 2 cm dan 1 kg lebih berat dibanding mereka yang tidak mengalami seleksi alam. “Evolusi merupakan proses yang lambat. Kita tak melihatnya pada kakek nenek kita, tapi seleksi itu ada.”

Sementara itu, Steve Jones, ahli biologi evolusi di Universitas College London yang pernah mengatakan bahwa evolusi manusia mendekati akhir, menganggap studi Framingham merupakan contoh penting bagaimana seleksi alam masih berjalan melalui perbedaan kemampuan reproduksi. Namun, Jones menganggap bahwa variasi kesuburan wanita seperti yang diukur dalam studi Framingham kurang penting dalam mempengaruhi evolusi manusia, dibanding variasi kesuburan pria. Menurutnya, sperma memiliki lebih banyak kemungkinan mutasi dibanding indung telur, terutama di kalangan pria berusia lebih tua.

"Bila dahulu lazim jika seorang pria memiliki banyak anak di usia senja dari beberapa istri, kini pria cenderung hanya memiliki satu istri dan sedikit anak di usia muda. Berkurangnya jumlah ayah berusia senja memiliki efek pada laju mutasi dan mengurangi munculnya diversitas baru. Padahal, inilah yang menjadi material utama evolusi," kata Jones. "Namun (meski materi evolusi makin jarang) mesin evolusi Darwin tidaklah berhenti. Ia hanya menjadi sangat melambat."

Senin, 01 Maret 2010

Mengubah Fd 1Gb Menjadi 2Gb


Berikut Ini Adalah Tips Mengubah Flashdisk 1 GB menjadi 2 GB


1. Format Flashdisk menjadi FAT..jgn ampe salah ya
2. run sopwarenya
download di

http://www.bergaul.com/pages/dump/getfile.php?id=22005

3. pilih lokasi drive Flashdisk
4. klik Fix
5. Klik Ok
6. Klik Ok LAGI
7. KLIK oK..cabut Flashdisk dan colokin lagi.... treeeeeeeng......
8. JADI DEH. 2Gb

Selamat Mencoba ....

sumber : forumkami.com