Selasa, 07 Juni 2011

(Resensi Buku) Delapan Mata Air Kecemerlangan

Oleh : M Anis Matta, LC

Islam datang dengan 2 pesona; pesona kebenaran yang abadi dan pesona manusia muslim yang temporal. Dan pada setiap momentum sejarah di mana kedua pesona itu bertemu, Islam selalu berada di puncak kekuatan dan kejayannya. Akan tetapi, itulah masalah Islam saat ini. Ia memang tidak akan pernah kehilangan pesona kebenarannya, karena kebenarannya bersifat abadi. Namun, ia kini masih kehilangan pesona manusianya.

Buku Delapan Mata Air Kecemerlangan ini merupakan upaya Anis Matta menjawab problematika itu. Untuk menjadikan muslim sebagai pesona Islam, maka kita harus mempertemukan manusia-manusia muslim itu dengan mata air kecemerlangannya.

Mata Air Pertama: Konsep Diri

Konsep diri adalah suatu kesadaran pribadi yang utuh, kuat, jelas, dan mendalam tentang visi dan misi hidup; pilihan jalan hidup beserta prinsip dan nilai yang membentuknya; peta potensi; kapasitas dan kompetensi diri; peran yang menjadi wilayah aktualisasi dan kontribusi; serta rencana amal dan karya unggulan. Konsep Diri menciptakan perasaan terarah dalam struktur kesadaran pribadi kita. Keterarahan adalah salah satu mata air kecemerlangan.

Konsep Diri manusia Muslim adalah kesadaran yang mempertemukan antara kehendak-kehendaknya sebagai manusia; antara model manusia Muslim yang ideal dan universal dengan kapasitas dirinya yang nyata dan unik, antara nilai-nilai Islam yang komprehensif dan integral dengan keunikan-keunikan pribadinya sebagai individu; antara ruang aksi dan kreasi yang disediakan Islam dengan kemampuan pribadinya untuk beraksi dan berkreasi; dan antara idealisme Islam dengan realitas pribadinya.

Mata Air Kedua: Cahaya Pikiran

Perubahan, perbaikan, dan pengembangan kepribadian harus selalu dimulai dari pikiran kita. Sebab, tindakan, perilaku, sikap, dan kebiasaan kita sesungguhnya ditentukan oleh pikiran-pikiran yang memenuhi benak kita. Bukan hanya itu, semua emosi atau perasaan yang kita rasakan dalam jiwa kita seperti kegembiraan dan kesedihan, kemarahan dan ketenangan, juga ditentukan oleh pikiran-pikiran kita. Kita adalah apa yang kita pikirkan.

Maka, kekuatan kepribadian kita akan terbangun saat kita mulai memikirkan pikiran-pikiran kita sendiri, memikirkan cara kita berpikir, memikirkan kemampuan berpikir kita, dan memikirkan bagaimana seharusnya kita berpikir. Benih dari setiap karya-karya besar yang kita saksikan dalam sejarah, selalu terlahir pertama kali di sana: di alam pikiran kita. Itulah ruang pertama dari semua kenyataan hidup yang telah kita saksikan.

Mata Air Ketiga: kekuatan Tekad

Tekad adalah jembatan di mana pikiran-pikiran masuk dalam wilayah fisik dan menjelma menjadi tindakan. Tekad adalah energi jiwa yang memberikan kekuatan kepada pikiran untuk merubahnya menjadi tindakan.

Pikiran tidak akan pernah berujung dengan tindakan, jika ia tidak turun dalam wilayah hati, dan berubah menjadi keyakinan dan kemauan, serta kemudian membulat menjadi tekad. Begitu ia menjelma jadi tekad, maka ia memperoleh energi yang akan merangsang dan menggerakkan tubuh untuk melakukan perintah-perintah pikiran.

Bila tekad itu kuat dan membaja, maka tubuh tidak dapat, atau tidak sanggup menolak perintah-perintah pikiran tersebut. Akan tetapi, bila tekad itu tidak terlalu kuat, maka daya rangsang dan geraknya terhadap tubuh tidak akan terlalu kuat, sehingga perintah-perintah pikiran itu tidak terlalu berwibawa bagi tubuh kita.

Maka, kekuatan dan kelemahan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh sebesar apa tekadnya, yang merupakan energi jiwa dalam dirinya. Tekad yang membaja akan meloloskan setiap pikiran di sleuruh prosedur kejiwaan, dan segera merubahnya menjadi tindakan.

Mata Air Keempat: Keluhuran Sifat

Pada akhirnya semua kekuatan internal –kosep diri, pikiran dan tekad- yang telah kita bangun dalam diri kita, haruslah bermuara pada munculnya sifat-sifat keluhuran. Kecemerlangan seseorang di dalam hidup sesungguhnya berasal –salah satunya- dari mata air keluhuran budi pekertinya. Dari mata air keluhuran itu, semua nilai-nilai kemanusiaan yang mulia terjalin menjadi satu kesatuan, dan menampakkan diri dalam bentuk sifat-sifat terpuji.

Sifat-sifat itulah yang akan tampak di permukaan kepribadian kita, mewakili keseluruhan pesona kekuatan kepribadian yang kita miliki, yang sebagiannya terpendam di kedalaman dasar kepribadian kita. Kekuatan pesona sifat-sifat keluhuran itu seperti sihir, yang akan menaklukkan akal dan hati orang-orang yang ada di sekitarnya, atau yang bersentuhan dengannya secara langsung.

Setiap sifat memiliki akar tersendiri yang terhunjam dalam di kedalaman pikiran dan emosi kita. Seperti juga pohon, sifat-sifat itu tersusun sedemikian rupa di mana sebagian mereka melahirkan sebagian yang lain. Ada sejumlah sifat-sifat tertentu yang berfungsi seperti akar pada pohon, yang kemudian tumbuh berkembang menjadi batang, dahan dan ranting, daun dan buah. Demikianlah kita tahu bahwa semua sifat keluhuran berakar pada lima sifat: cinta kebenaran, kesabaran, kasih sayang, kedermawanan, dan keberanian.

Mata Air Kelima: Manajemen Aset Fundamental

Obsesi-obsesi besar, pikiran-pikiran besar, dan kemauan-kemauan besar selalu membutuhkan daya dukung yang juga sarana besarnya. Salah satunya dalam bentuk pengelolaan dua aset fundamental secara baik, yaitu kesehatan dan waktu.

Fisik adalah kendaraan jiwa dan pikiran. Perintah-perintah pikiran dan kehendak-kehendak jiwa tidak akan terlaksana dengan baik, bila fisik tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima. Kadang-kadang, jumlah “penumpang” yang mengendarai fisik kita melebihi kapasitasnya dan membuatnya jadi oleng. Akan tetapi, perawatan yang baik akan menciptakan keseimbangan yang rasional antara muatan dan kapasitas kendaraan.

Waktu adalah kehidupan. Setiap manusia diberikan kehidupan sebagai batas masa kerja dalam jumlah yang berbeda-beda, yang kemudian kita sebut dengan umur yang terbentang dari kelahiran hingga kematian. Tidak ada manusia yang mengetahui akhir dari batas masa kerja itu, yang kemudian kita sebut ajal. Hal itu menciptakan suasana ketidakpastian, tetapi itulah aset paling berharga yang kita miliki.

Ibarat menempuh sebuah perjalanan yang panjang, fisik kita berfungsi sebagai kereta, dan waktu yang terbentang jauh atau dekat, seperti rel kereta. Seorang masinis boleh menentukan stasiun terakhir yang kita tuju, tetapi dia harus menjamin bahwa kereta yang dikemudikannya dan rel yang akan dilewatinya benar-benar berada dalam keadaan baik.

Kesehatan dan waktu adalah dua perangkat keras kehidupan yang sangat terbatas. Akan tetapi, manusia-manusia cemerlang selalu dapat meraih sesuatu secara maksimal dari semua keterbatasan yang melingkupinya.

Mata Air Keenam: Integrasi Sosial

Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat di mana kita berada bukan saja merupakan ukuran kematangan pribadi seseorang, tetapi lebih dari itu. Sebab, lingkungan sosial kita harus dipandang sebagai wadah kita untuk menyemai semua kebaikan yang telah kita kembangkan dalam diri.

Dengan cara pandang ini, maka setiap diri kita akan membangun hubungan sosialnya dengan semangat partisipasi: menyebarkan bunga-bunga kebaikan di taman kehidupan masyarakat kita.

Dengan semangat ini, maka semua usaha kita untuk menciptakan keharmonisan sosial menjadi niscaya. Bukan saja karena dengannya kita dapat menyebarkan kebaikan yang tersimpan dalam diri kita, tetapi juga karena kita menciptakan landasan yang kokoh untuk meraih kesuksesan, berkah kehidupan, dan kebahagiaan dalam hidup.

Jika kematangan pribadi merupakan landasan bagi kesuksesan sosial, maka kesuksesan sosial merupakan landasan bagi kesuksesan lain dalam hidup, seperti kesuksesan profesi.

Mata Air Ketujuh: Kontribusi

Kehadiran sosial kita tidak boleh berhenti pada tahap partisipasi. Harus ada langkah yang lebih jauh dari sekadar itu. Harus ada karya besar yang kita kontribusikan kepada masyarakat, yang berguna bagi kehidupan mereka; sesuatu yang akan dicatat sebagai jejak sejarah kita, dan sebagai amal unggulan yang membuat kita cukup layak mendapatkan ridha Allah SAW dan sebuah tempat terhormat dalam surga-Nya.

Kontribusi itu dapat kita berikan pada wilayah pemikiran, atau wilayah profesionalisme, atau wilayah kepemimpinan, atau wilayah finansial, atau wilayah lainnya. Namun, kontribusi apa pun yang hendak kita berikan, sebaiknya memenuhi dua syarat: memenuhi kebutuhan masyarakat kita dan dibangun dari kompetensi inti kita. Masyarakat adalah pengguna karya-karya kita, maka yang terbaik yang kita berikan kepada mereka adalah apa yang paling mereka butuhkan, dan apa yang tidak dapat dipenuhi oleh orang lain. Akan tetapi, kita tidak dapat berkarya secara maksimal di luar dari kompetensi inti kita. Karena itu, kita harus mencari titik temu diantara keudanya.

Caranya adalah sebagai berikut: buatlah peta kebutuhan kondisional masyarakat kita, dan kemudian buatlah peta potensi kita, untuk menemukan kompetensi inti diri kita. Apabila titik temu itu telah kita temukan, maka masih ada satu lagi yang harus kita lakukan; menjemput momentum sejarah untuk meledakkan potensi kita menjadi karya-karya besar yang monumental. Ini semua mengharuskan kita memiliki kesadaran yang mendalam akan tugas sejarah kita sebagai pribadi, sekaligus firasat yang tajam tentang momentum-momentum sejarah kita.

Mata Air Kedelapan: Konsistensi

Sebagai manusia beriman, kita meyakini sebuah prinsip, bahwa bagian yang paling menentukan dari seseorang adalah akhir hidupnya. Maka, persoalan paling berat yang kita hadapi sesungguhnya bukanlah mendaki gunung, tetapi bagaimana bertahan di puncak gunung itu hingga akhir hayat.

Mengukir sebuah prestasi besar dalam hidup dan mempertahankannya hingga akhir hayat, adalah dua misi dan tugas hidup yang berbeda; berbeda pada kapasitas energi jiwa yang diperlukannya, berbeda pada proses-proses psikologisnya, berbeda pula pada ukuran kesuksesannya.

Untuk dapat bertahan di puncak, kita harus menghindari jebakan-jebakan kesuksesan, seperti rasa puas yang berlebihan atau perasaan menjadi besar dengan kesuksesab yang telah kita raih. kita harus mempertahankan obsesi pada kesempurnaan pribadi, melakukan perbaikan berkesinambungan, melakukan perbaikan berkesinambungan, melakukan pertumbuhan tanpa batas akhir, dan mempertahankan semangat kerja dengan menghadirkan kerinduan abadi kepada surga dan kecemasan abadi dari neraka, serta menyempurnakan semua usaha-usaha manusiawi kita dengan berdoa kepada Allah untuk mendapatkan husnul khatimah. Semua itu agar kita menjemput takdir sejarah kita yang terhormat di bawah naungan ridha Allah SWT, dan agar kita kelak menceritakan episode panjang kepahlawanan ini kepada saudara-saudara kita di surga.

sumber: http://pksrangkepanjaya.blogspot.com

SMP-SMA N SBBS Pecahkan Rekor MURI sebagai Sekolah Termuda Berprestasi

siswa SMA N SBBS berpose dengan Piagam Rekor Dunia MURI

SMP dan SMA Negeri Sragen Bilingual Boarding School (SBBS) Gemolong, Sragen mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai sekolah termuda peraih prestasi terbanyak di Indonesia pada Sabtu (28/5) lalu. Selain SBBS, Pemkab Sragen juga menerima penghargaan dari Muri sebagai pemerintah daerah yang memiliki sekolah termuda berprestasi.

Acara penganugrahan penghargaan rekor Muri digelar bersamaan dengan upacara Graduation Ceremony atau wisuda siswa kelas IX & XII SBBS di Gor SBBS Gemolong. Kegiatan wisuda tersebut diikuti sebanyak 103 siswa SMP dan SMA Negeri SBBS lulusan perdana yang terdiri atas 68 siswa SMA dan 35 siswa SMP.

Selain mengundang orangtua siswa, kegiatan tersebut juga dihadiri sejumlah general manager SBBS Gemolong, Koordinator Pendidikan Pasiad Jakarta, Plt Sekretaris Daerah (Sekda) Ruwiyatmo, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Giyadi dan Ketua Komisi IV DPRD Sragen, Sigit Pramono.

Penghargaan diberikan perwakilan Muri Sri Widayati kepada perwakilan SBBS dan perwakilan Pemkab Sragen. General ManagerSBBS Huseyin Kan melalui pejabat Humas SBBS Ari Mayang saat dihubungi Espos, Senin (30/5), mengungkapkan lembaga Muri yang dipimpin Jaya Suprana tersebut menyatakan selama tiga tahun SBBS berdiri mampu membawa sebanyak 330 prestasi. Predikat yang diterima SBBS itu, terangnya, cukup membanggakan bagi civitas akademika SBBS dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen serta seluruh elemen masyarakat Sragen.

“Sebagaimana diketahui dalam kurun waktu 3 tahun, terhitung sejak tahun 2008, SBBS telah banyak menorehkan prestasi yang memukau baik di tingkat nasioanal maupun Internasional. Prestasi SBBS yang mendunia tak hanya menjadi kebanggaan Pemkab Sragen, tapi juga diakui sendiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan beliau ketika berpidato di depan parlemen Turki,” ujarnya.

SMP & SMA Negeri SBBS merupakan sekolah unggulan bertaraf Internasional yang didirikan atas kerja sama antara Pemkab Sragen dengan Pacific Countries Social and Economic Solidarity (Pasiad) Association Turki pada 28 Januari 2008 lalu. Pasiad adalah suatu lembaga yang bekerja sama dengan sejumlah negara di Asia Pasifik dan beberapa negara di Amerika, Eropa dan Australia dalam bidang pendidikan.

admin bersama siswa berpose

dari kiri : Ibu Sri Widayati (MURI), Mr. Huseyin Kan (GM SBBS), Bp. Ruwiyatmo (Sekda Kab. Sragen, Bp. Nur Cipto (Kepala SMP-SMA SBBS Sragen)

ibu Sri Widayati membarikan sambutan dalam penganugerahan Rekor Dunia MURI


Sumber : solopos.com , foto : dokumen pribadi

Sebagian Kelelawar Sudah Sulit Ditemukan



Beberapa spesies kelelawar di Indonesia sudah sulit ditemukan. Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. Ibnu Maryanto, peneliti kelelawar dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di sela acara Konferensi Internasional Kelelawar Asia Tenggara 2 hari ini (6/6/11) di Bogor.

Jenis kelelawar yang sudah sulit ditemukan itu antara lain Otomops johnstonoi yang endemik wilayah Alor dan Neopterus trostii yang biasa ditemukan di wilayah Sulawesi. "Sudah sulit ditemukan spesies itu. Paling cuma 1 atau 2 individu yang ditemukan," ujar Ibnu.

Menurut Ibnu, salah satu tekanan bagi kelelawar adalah perusakan kawasan karst atau perbukitan kapur di mana terdapat gua tempat kelelawar hidup. Faktor lain adalah berkurangnya jenis tumbuhan yang biasa menjadi sumber makanan kelelawar pemakan buah. "Hilang satu tumbuhan, hilang juga kelelawar," cetus Ibnu.

Ibnu mengatakan, sulit ditemukannya spesies kelelawar tertentu sangat disayangkan. Pasalnya, kelelawar memainkan peranan penting dalam ekosistem. Misalnya perannya dalam penyerbukan bunga, pengendalian populasi serangga oleh kelelawar pemakan serangga dan suplai energi bagi biota yang hidup dalam gua.

"Banyak buah seperti rambutan, durian dan duku penyerbukan bunganya dibantu kelelawar. Kalau kelelawar hilang, buah pun bisa lenyap," urai Ibnu. Menurutnya, salah satu sebab terganggunya panen rambutan, duku, durian, dan mangga tahun lalu adalah berkurangnya jumlah kelelawar yang menyerbukka bunganya.

Tanggung jawab biodiversitas

Kepala LIPI Prof. Dr. Lukman Hakim mengungkapkan, Indonesia merupakan negara megabiodiversity. Oleh karena itu, Indonesia memikul tanggung jawab besar dalam pelestarian biodiversitas, termasuk kelelawar. Menurutnya, pelestarian kelelawar bisa dibantu dengan pemanfaatan kebun raya untuk konservasi ex situ.

Lukman mengungkapkan, "Indonesia idealnya mempunyai 54 kebun raya. Kebun raya itu terutama berfungsi untuk aktivitas penelitian, konservasi dan pendidikan. Kemudian untuk wisata."

Menurut Lukman, kebun raya sangat potensial untuk pendidikan bagi generasi muda sehingga memiliki kesadaran konservasi. Sementara, Ibnu mengatakan bahwa perlindungan kelelawar bisa dilakukan dengan memelihara kawasan karst.

"Kan sudah ada aturan kawasan karst yang bisa ditambang dan tidak. Yang ada kelelawar dan wallet kan nggak boleh ditambang. Tapi, kenyataannya sekarang kelelawarnya diusir dulu baru ditambang," ungkapnya.

Jika perlindungan kelelawar tidak dilakukan, maka ada konsekuensi yang muncul. Karena berkurangnya populasi pengontrol, maka nyamuk malaria bisa meningkat dan meningkatkan pula wabah malaria.

"Karena kelelawar itu dalam satu jam bisa makan 6.000 nyamuk," kata Ibnu.

Konsekuensi lain ialah terganggunya produksi beberapa buah. Saat ini, menurut Ibnu, ada 225 jenis kelelawar tersebar di Indonesia. 150 jenis di antaranya merupakan pemakan serangga dan 75 lainnya pemakan buah.

Indonesia menurutnya merupakan negara dengan keanekaragaman hayati kelelawar tinggi, kurang lebih 11 persen dari total jumlah spesies kelelawar dunia. Jika dieksplorasi, menurut Ibnu, masih ada 10 spesies kelelawar yang bisa ditemukan per tahunnya di Indonesia.

sumber: kompas.com