Rabu, 16 Februari 2011

Semoga Nurdin Halid Jadi Ketua PSSI lagi



Ya, anda tidak salah membaca judul artikel di atas. Judul tersebut juga bukan berarti bahwa saya juga mendukung NH menjadi ketua umum PSSI lagi. Bahwasanya sudah menjadi rahasia umum bahwasanya kepemimpinan NH dalam PSSI adalah gagal. Salah satunya adalah gagalnya Timnas dalam piala AFF 2011. Bukan hanya itu saja, selama kepemimpinannya Timnas minim prestasi dalam even internasional seperti Piala Asia, Seagames dan Kualifikasi Piala Dunia. Dalam even nasional sendiri juga masih carut marut dalam mengurusi ISL. Lihat saja saja, skandal penyuapan wasit, kerusuhan antar suporter dan sejumlah perkara finansial PSSI yang tidak jelas. Disamping itu NH yang notabene mantan Napi sejumlah kasus korupsi di tanah air. herannya masih saja mencalonkan diri menjadi ketua umum PSSI periode 2011-2015. Dan lebih aneh lagi ketika pencalonannya mendapat banyak dukungan dari sejumlah pengurus PSSI di sejumlah wilayah Indonesia. Entah bagaimana bisa begitu, menurut hemat saya terjadi ketidakberesan pengurus PSSI bukan hanya di tingkat pusat tetapi juga di tingkat wilayah. Ketidakberesan PSSI sudah menjamur dan mengakar sampai ketingkat bawah.

Kebobrokan PSSI dalam mengelola even-even sepakbola nasional maupun internasional menimbulkan sejumlah pihak yang tidak puas dengan manajemen PSSI tersebut membentuk liga tandingan. Liga primer Indonesia (LPI) yang dibentuk oleh pengusaha Arifin Panigoro adalah contohnya. Sudah tentu kehadiran LPI dikancah persepakbolaan Indonesia menjadikan sejumlah pengurus PSSI gerah dan melakukan berbagai upaya untuk menggagalkan liga tersebut. Menyebut dengan istilah ilegal, tidak diakui FIFA bahkan sampai turunnya surat FIFA yang memperbolehkan PSSI untuk menghukum LPI. Selain itu juga PSSI mengancam kepada klub dan pemain. Sangat ironis, ketika pemain sekualitas Irfan Bachdim yang susah payah dinaturalisasi menjadi WNI dicoret dari Timnas gara-gara mengikuti kompetisi LPI. Sunguh sangat disayangkan, ketikan uang rakyatlah yang digunakan utnuk membiayai lembaga yang pengurusnya semacam ini.

Nah, bagaimana saya bisa menulis judul di atas? Seperti halnya revolusi di Tunisia maupun di mesir yang pemerintahannya digulingkan oleh rakyatnya. Mengamati kasus tersebut, revolusi terjadi karena terlalulamanya seorang pemimpin memimpin sebuah negara dan sehingga pemerintahan diktator. Nah masa jabatan NH di PSSI kan baru dua periode menjadi ketua PSSI, artinya perlu setidaknya dua sampai empat periode lagi untuk menyamai masa kepemimpinan yang perlu direvolusi, makanya saya menuis judul di atas. Namun selama dua periode kepemimpinan NH di PSSI sepertinya sudah perlu untuk direvolusi. Namun masih saja sebagian besar rakyat masih diam. Hanya sejumlah kalangan tertentu saja yang berani berdemo menuntut NH mundur. Sejumlah mediapun mengkritik dengan tajam yang intinya adalah mengarah agar NH sudah tidak pantas lagi menjadi pemimpin PSSI. Menurut hemat saya, diperlukan lebih banyak lagi pihak-pihak yang menyerukan agar NH mundur. Terutama anggota PSSI tingkat wilayah yang mempunyai hak suara untuk memilih calon ketuanya. Nah permasalahnnya Anggota PSSI tingkat wilayahpun kehilangan hati nuraninya karena mayoritas masih menjadi pendukung NH. Artinnya perlu rakyat menyerukan dan menuntut reformasi juga anggota-anggota PSSI tingkat wilayah.

Entah bagaimana, saya hanya meyakini ketika sebuah lembaga yang dipimpin oleh orang yang bermasalah akan berdampak bagi anggotanya. Nah felling saya, ketika orang bermasalah semacam NH terpilih lagi menjadi ketua umum PSSI periode 2011-2015 akan berdampak kepada program-program kerjanya yang akan dilaksanakan kedepan. Alhasil program-program tersebut menurut feeling saya seperti program-program tahun sebelumnya, Timnas minim prestasi dan penyelenggaraan ISL yang carut marut. Dengan begini, hal ini akan menjadi alasan kuat untuk untuk merevolusi NH beserta kroni-kroninya dari kursi kepemimpinan PSSI. Harapan saya, ketika sudah pengurus sudah di reformasi ISL dan LPI dapat berjalan berdampingan, PSSI juga merekomendasikan LPI untuk diakui oleh FIFA. Tidak ada lagi ancaman dan intimidasi pengurus PSSI kepada LPI, dan semua warga negara indonesia yang berkompeten berhak mengikuti Timnas tanpa diskriminasi. Sepakbola profesional di Indonesiapun tercapai, prestasipu diraih. Ah… alangkah indahnya jika seperti itu.

Salam pengamat sepakbola amatiran...

0 comments:

Posting Komentar

Mohon komentarnya dengan tutur bahasa yang baik, terima kasih